SEPERTI padatnya arus mudik Lebaran di Nagreg, kunjungan ke "garut" melalui "go.id" tiba-tiba melonjak, Senin (9/4). Pencatat arus kunjungan Google analytics mencatat dua kali lonjakan luar biasa, Kamis (5/4), dan mencapai puncaknya Senin (9/4) lalu. Dari rata-rata 200 kunjungan (dan lebih dari 400 pageviews) per hari, Senin tercatat lebih dari 1.400 kunjungan dengan lebih dari 2.000 pageviews.
Bukan hanya 3.398 orang di Indonesia yang bersama-sama berkunjung ke lokasi itu dalam hitungan sepekan terakhir. Ratusan orang di Belanda (98 kunjungan), Jepang (85), Australia (51), AS (49), Hong Kong (39), Singapura (40), Malaysia (36), dll. menjelajah garut.go.id dalam rentang waktu yang sama.
Apa yang membuat Garut mendadak begitu menarik untuk dikunjungi tampaknya adalah dua gelar bergengsi, yaitu sebagai situs resmi pemerintahan terbaik dan situs favorit yang diberikan dalam malam anugerah "Bubuawards v.05 2007", di Museum Gajah, DKI Jakarta, Rabu (4/4) malam. Dua gelar ini yang memicu sekitar 1.200 kunjungan keesokan harinya. Setelah itu, secara konstan kunjungan ke garut.go.id mencapai kira-kira 250-an per hari hingga puncak kedua.
Mungkin bukan kebetulan, puncak kunjungan itu terbentuk usai Pikiran Rakyat (dan dotcom-nya) menurunkan berita "Situs Pemkab Garut Raih Dua Penghargaan", Senin (9/4). Dari data yang ada, pengunjung baru mencapai 79,96 persen, sementara sisanya adalah returning visitor. Data direct visit (kunjungan langsung) mencapai angka 66,88 persen, sisanya terbagi antara pengunjung yang melalui bubuawards (17,33 persen), dan pengunjung yang lewat situs pencari Google (10,03 persen). Yang pasti, saya langsung membuka www.garut.go.id setelah membaca berita itu.
Dengan latar berwarna biru muda, di sisi kiri layar ada delapan pilihan di menu utama. Rubrik lain di bawahnya ada menu pilhan, pelayanan, antarkita, jajak pendapat, agenda, dan statistik pengunjung. Di bagian kanan ada "Wawar", info harga dari pasar Guntur, jadwal shalat, buku tamu, dan serba-serbi. Sementara di tengah, terdapat banner ulang tahun Kabupaten Garut, dan rubrik Fokus yang menawarkan subdomain Pariwisata dan Budaya, Produk Hukum, dan Profil Kecamatan, sebelum Berita Garut.
Ketika kursor berhenti di menu-menu utama itu, submenu langsung muncul dan dengan mudah menavigasi kita untuk membuka topik dan halaman-halaman yang diinginkan. Sederhana sekali.
"Kami berusaha membuatnya seperti standar situs, misalnya standar user interface (merekomendasikan) maksimal tiga kali klik (pengunjung) sudah sampai di informasi yang diinginkan. Kami yakin, standar yang dibuatkan sudah merupakan hasil kajian dan penelitian, dan kami ingin mencapai standardisasi yang telah ada," kata webmaster garut.go.id.
Dari delapan menu utama, menjelajah garut.go.id relatif agak terpuaskan. Di Sekilas Garut, tersedia Sejarah Singkat, Bupati Garut Dari Masa ke Masa, Potret Garoet Tempo Doeloe (ada foto Soekarno di Babantjong), Potret Garut Masa Kini, Geografi, Wilayah Administratif, Lambang Daerah, Visi Misi dan Strategi, serta Peta (Peta Administratif Kecamatan, Peta Garut di Jawa Barat dan Peta Lainnya). "Foto dan nama-nama bupati ada, ini kan menarik, dan masyarakat bisa mengakses itu," kata Bupati Garut, H. Agus Supriadi.
Kekhasan Daerah yang ditempatkan di baris kedua, dengan menampilkan produk khas (Jeruk Garut, Domba Garut, Dodol Garut, Batik Tulis Garutan, Jaket Kulit Garut, Kulit Tersamak, Minyak Akar Wangi), cendera mata (Tenun Ikat Sutra Alam, Aneka Kerajinan Kulit, Kerajinan Akar Wangi, Aneka Kerajinan Bambu, Batu Aji, dan Aneka Kerajinan Bulu Unggas), Makanan Khas, Seni Tradisional, Special Events, Benda Sejarah.
Setelah itu, kita bisa melangkah ke informasi Pariwisata, Pemerintahan, Pelayanan Publik, Legislatif, Sumber Daya Alam (Pertanian, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Kelautan, Pertambangan, Sumber Daya Air), Lingkungan Hidup, Panas Bumi, Sosial Budaya, Demografi, Penduduk Rawan Sosial dll. Data anak terlantar, dari 2001 hingga 2005 yang melonjak dari 59 ribuan menjadi lebih dari 100 ribu.
Inilah sedikit bedanya dengan situs pemerintahan lain, seluruh menu dan submenu datanya telah terisi.
Arsip berita bisa terlacak mulai dari 2 Oktober 2004, sementara data-data umum dan tabel monogram tahunan bisa dipantau data tahun terakhir (2006). "Info dan data ini secara dinamis terus kita kembangkan," kata Kepala Bidang Informasi dan Telematika Kab. Garut, Eka Harianto.
Data pariwisata yang bisa di klik di banner kecil boleh jadi salah satu andalan di garut.go.id. Berbeda dengan Bandung, atau bahkan Jakarta, informasi hotel tidak sekadar nama dan alamat, tetapi juga ilustrasi, paparan hingga rate. "Kedalaman informasi kami upayakan, dan sub-domain pariwisata merupakan salah satu yang paling siap, termasuk link ke situs hotel, kalau mereka punya," kata Patria.
Dua sub-domain lain yang ditempatkan di banner adalah produk hukum dan profil kecamatan. Profil kecamatan di sini memang jauh lebih lengkap daripada situs Kota Bandung, misalnya.
Kelengkapan isi memang mendapat perhatian penting dari tim telematika Kabupaten Garut. "Untuk kategori situs pemerintahan, kelengkapan content menjadi fokus penilaian yang cukup tinggi," timpal Patria. Maklum, situs-situs pemerintah dan pemerintah daerah, jabar.go.id terdapat banyak lahan kosong ketika kita mencoba menjelajah ke sana.
E-government atau penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah memang menawarkan revolusi dalam koordinasi, transparansi dan interaksi pemerintah dengan masyarakatnya. Namun, ternyata hal itu tidak semudah dan secepat kita menjelajah di jaringan teknologi informasi itu. Pengisian data di situs pemerintahan, bukan hanya terkendala pengisian, sering kali data tersebut bahkan belum terkelola dan tersedia di instansi yang terkait. Atau, walaupun ada, sering kali terhalang kebijakan atau ketakutan ada data yang diduga akan memberi impresi negatif.
Luas areal yang hanya 350 megabyte (termasuk 250 megabyte untuk mail hosting) sering kali hanya tersisa kurang dari 10 persennya. "Ya, harus sering menghapus yang ini untuk memasukkan yang baru, atau kita juga pakai jatah mail hostingnya," papar Patria.
Ketersediaan isi di seluruh menu dan submenu setidaknya menunjukkan tingkat koordinasi "pengisian" situs sudah relatif jauh lebih baik. "Untuk itu, sistemnya jemput bola dan juga lewat surat, SKPD juga bisa mengisi sendiri, dengan form yang sudah disiapkan," kata Eka. Sedikit "tekanan" menjadi bumbu dalam resep pengumpulan data itu. "Suratnya bisa dari Sekda atau Bupati, sehingga lebih "didengar", selain itu komitmen dari SKPD sendiri yang harus mendukung. Di sini sudah cukup bagus," lanjutnya.
Patria menyebut hal ini sebagai e-leadership. "Maksudnya, pimpinan memberi support terhadap upaya-upaya yang dilakukan dalam mengembangkan situs ini," katanya.
Kerja keras ini, setidaknya dinilai sekitar 50-an juri dan juri kehormatan memenuhi kriteria yang ditentukan, mulai dari best content hingga best usability yang terdiri atas learnability, efficiency, memorability, error dan satisfaction. Di bubuawards.com dipaparkan, learnability berarti seberapa cepat pengguna bisa mengenali fitur dalam situs. Efficiency adalah seberapa efisien pengguna mendapatkan manfaat. Memorability adalah kemudahan pengguna mengingat proses pencarian dalam kunjungan berikut.
Jurinya sendiri terdiri atas nama-nama besar di tingkat nasional dan internasional mulai dari produser film, perancang situs, praktisi, dan pakar (www.bubuawards.com). "Apa yang telah kami lakukan adalah sekadar memenuhi standar minimal informasi dalam situs," kata Eka bermaksud merendah.
Dampak strategis
E-government sebetulnya menyediakan fasilitas yang lebih dari sekadar informasi, yang lebih bersifat pintu pembuka saja. E-government, tulis Windraty S. dalam situs garut.go.id antara lain ditujukan untuk menciptakan pelayanan online, bukan inline atau antrean, pelayanan tanpa intervensi pegawai hingga tujuan-tujuan mencapai tata pemerintahan yang baik.
Bersama dengan itu, produktivitas dan efisiensi lebih berpeluang terkelola dengan lebih baik. Interaksi yang meningkat memungkinkan masyarakat mengakses informasi dengan lebih aktif dan memperluas partisipasi untuk membangun transparansi dan partisipasi dalam pengambilan keputusan. Praktik e-government sendiri telah dituangkan melalui Instruksi Presiden No. 6/2001 tentang Telematika (Telekomunikasi, Media dan Informasi). Inpres ini antara lain menyatakan bahwa aparat pemerintah harus menggunakan teknologi telematika untuk mendukung good governance dan mempercepat proses demokrasi.
Idealnya, kata Patria, tahapan situs, setelah publikasi dan interaksi adalah transaksi. Di hubungan pemerintah-masyarakat ini bisa berbentuk pelayanan, pembuatan KTP misalnya. "Kalau modul atau aplikasinya sih semua sudah ada, tapi daya dukungnya harus siap," kata Patria.
Bentuk hubungan lain adalah peluang masuknya investasi. Dengan informasi yang menyebar luas, peluang masyarakat lebih mengenal Garut dan kemungkinan masuknya investasi jadi terbuka. "Secara terukur memang belum bisa dilihat langsung, tetapi dari melihat internet, ketika ada orang membutuhkan sesuatu bisa menindaklanjutinya," kata Eka.
Fasilitas langsung investor masuk lewat garut.go.id, diakui Eka memang belum ada. "Tetapi dari pertanyaan-pertanyaan lewat e-mail, termasuk ke webmaster-nya terlihat ada minat ke arah itu," ujarnya.
Melangkah lebih jauh hingga pengelolaan investasi memang belum memungkinkan. Patria mencontohkan banyaknya dotcom yang bangkrut justru ketika era dotcom sangat menjamur. "Karena tidak siap, banyak order yang tidak bisa di-follow-up misalnya. Nah, back office-nya harus benar-benar kuat," lanjutnya.
Untuk situs pemerintahan, hal yang sama juga terjadi. "Selain itu, karakter situs pemerintahan sebenarnya lebih ke pelayanan, pembuatan KTP online misalnya, aplikasinya sebenarnya tidak sulit," katanya. Tetapi dalam praktiknya, integrasi data, koordinasi lintas institusi terkait hingga optimalisasi data masih membutuhkan kesiapan tata pemerintahan yang lebih baik, bahkan pada tingkat yang lebih tinggi daripada Garut.
Sehingga, lanjut Patria, kuncinya adalah back office atau dapur yang kokoh. Back office ini sendiri tidak sekadar data yang cukup, tetapi merentang mulai dari tataran kebijakan, tata pemerintahan, prioritas, anggaran, sumber daya manusia, hingga yang teknis pengelolaan situsnya sendiri. "Untuk saat ini kan ICT belum jadi prioritas," kata Eka.
Memang harus diakui, untuk kota sebesar Garut dengan tingkat penetrasi internet memang masih jauh dari jumlah yang cukup untuk menggeser prioritas ke ICT. Keberhasilan program internet apa pun, termasuk e-government, diakui Madanmohan Rao dalam News Media and New Media tidak sekadar kesiapan modul atau program aplikasi belaka. Harus ada konteks yang mendukung agar internet layak menjadi prioritas.
Rao menyebut konteks 8C, yaitu connectivity, content, community, commerce, capacity, culture, cooperation, dan terakhir capital. Faktor connectivity adalah kelompok parameter yang mencakup penetrasi personal computer, kuantitas online, teledensity dll.
Faktor commerce, misalnya komersialisasi situs juga masih belum memiliki perangkat hukum. "Kalaupun ada hotel yang misalnya ingin pasang iklan, belum bisa kita terima, situs ini kan dibiayai pemerintah, kalau ada uang masuk harus lewat (persetujuan) DPRD, mau dikemanakan nantinya," kata Eka.
Dalam kondisi seperti itu dan kesiapan masyarakat Garut sendiri menerima kehadiran internet yang belum maksimal, Agus mengaku lebih mengincar dampak jangka panjang. "Internet ini jadi seperti makan cabai, digigit langsung terasa pedas, tapi lebih ke dampak strategis informasinya," katanya.
PIKIRAN RAKYAT, April 2007
Sunday, August 12, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment