BUNYI gemericik air melewati lubang batu dan jatuh menjadi satu-satunya suara yang bisa dinikmati telinga, menemani keindahan canopy dan gordam mendapat cahaya dari "boom". Inilah keindahan yang tersembunyi dalam Gua Angin yang merupakan salahsatu dari rangkaian Gua Buniayu di Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi.
Sesuai namanya, ketika memasuki pintu gua Buniayu--yang diambil dari bahasa sansekerta yang berarti "keindahan yang tersembunyi"--kegelapan menyergap. Suasana gua yang sunyi dan gelap segera menyambut tempat yang juga dikenal dengan nama gua siluman. Api dari ”boom” yang menyala di bagian depan helm pemandu menjadi satu-satunya sumber cahaya.
Untuk mencapai gua yang berada di kawasan formasi karst Nyalindung ini, kita membutuhkan waktu sekira 45 menit untuk menempuh jarak 26 km dari Kota Sukabumi. Posisi Buniayu berada 1.700 meter di atas permukaan laut, dan , berada dalam kawasan Wana Wisata KPH Sukabumi, Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
Secara keseluruhan, Buniayu memiliki 82 buah mulut gua yang sudah ditemukan posisinya dan diperkirakan masih memiliki ratusan lagi yang belum dieksplorasi. Di tempat ini sudah ada fasilitas yang disediakan oleh pengelola memudahkan pengunjung saat berwisata menelusuri gua atau yang terkenal dengan nama caving.
Ketika Anda mengunjungi Buniayu, terdapat dua pilihan petualangan, minat umum dan khusus. Jangan khawatir soal perlengkapan. Untuk jalur khusus, peralatan standar seperti helm, sepatu boot, jaket dan ”boom” sudah tersedia. Begitu pula dengan jalur khusus, peralatan tambahan seperti tali, pengait dll. juga telah disediakan.
Boom (generator carbide) adalah alat yang berupa tabung dan dihubungkan dengan sebuah selang ke helm. Terdiri dari dua bagian, tabung alas berguna untuk menampung air, yang dilengkapi dengan regulator saluran gas dan lobang tempat pengisian air. Tabung bawah digunakan untuk mengisi karbit. Api menyala di helm bagian depan menjadi penerangan sepanjang perjalanan.
Kategori minat umum adalah pilihan paling "ringan", baik itu biaya, Rp 10.000,00 ataupun waktu dan jarak tempuhnya untuk menyusuri jalur horizontal Gua Angin. Di ujung perjalanan, kita bertemu chamber besar. Di chamber inilah canopy menitikkan air yang disambut oleh gourdam di bawahnya. Daya tarik lainnya, air ini dipercaya bisa membuat awet muda. Percaya atau tidak, yang jelas mencuci muka di tempat itu membawa kesegaran tersendiri setelah berjalan di dalam gua.
Untuk kategori minat khusus, dibutuhkan persiapan yang lebih serius. Kategori ini membutuhkan stamina fisik dan mental yang kuat. Jalur ini memakan waktu 4-5 jam perjalanan. Biaya sebesar Rp 60.000,00 per orang.
Jalur khusus ini menyediakan petualangan vertikal menuruni Gua Kerek. Sesuai namanya, ketika menuruni Gua Kerek para peserta harus dikerek (ditarik) dengan tambang satu per satu. Gua ini memiliki kedalaman vertikal sekitar 25 meter.
Perjalanan dilanjutkan untuk sampai di Gua Bibijilan sepanjang beberapa. Sepanjang perjalanan, kita seolah berada dalam terowongan air raksasa dengan air sebatas betis.
Dicky Risyana (PR, 17 Desember 2005) mencatat, gua Buni Ayu yang juga dikenal dengan sebutan Gua Siluman, pertama kali dipetakan oleh ahli gua Indonesia, Dr. R.K.T. Kho bersama ilmuwan Prancis Goerge Robert, Arnoult Sevau dan Michel Chasir pada tahun 1982. Ekspedisi ini memetakan lorong-lorong bawah tanah sepanjang 3.300 m.
Diketahui pula, gua yang berada di ketinggian 850 m dpl ini terbentuk akibat pelarutan dan pengikisan air hujan terhadap lapisan batuan gamping selama ribuan tahun. Gua Buniayu memiliki puluhan lorong yang saling berhubungan. Yang biasa dilalui yaitu lorong gua Landak, lorong minat khusus, lorong Cisapi, serta lorong vertikal yang berkedalaman 30 meter.
Jadi di mana gua siluman yang justru membuat penasaran itu? "Gua siluman sebenarnya baru bisa dilihat jika Anda memilih jalur khusus," kata Dave M. Hutabarat, anggota sebuah perkumpulan speleologi yang terdaftar dalam Hikespi (Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia).
Dave menceritakan, dalam gua siluman, terdapat chamber siluman. "Dalam chamber itu, terdapat sekumpulan stalagmit dengan stalagmit tinggi berada di tengah, jadi seperti ada rapat 'siluman'," katanya berseloroh.
Dave menyebut itu sebagai daya tarik, seraya menekankan pentingnya konservasi kawasan karst di Buniayu. "Banyak sekali fungsi kawasan seperti ini, antara lain sebagai pengelolaan air alami, untuk kepentingan ilmu pengetahuan, wisata, dan banyak lagi," katanya.
Buniayu boleh cemburu pada kawasan karst di Gombong Selatan dan sekitarnya yang telah menjadi kawasan konservasi ekokarst nasional dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Desember 2004 lalu. "Konservasinya lebih terjamin dengan itu," kata Dave.
Banyak sekali fungsi dari kawasan karst, antara lain sebagai sumber air bagi pertanian, sumber pembangkit listrik, sebagai laboratorium alam karena gua memiliki biota, sistem hidrologi dan unsur lain yang spesifik, selain yang baru saja saya lakukan, berwisata dan bertualang.***
Moto Speleologi (dari NSS AS):
Jangan mengambil sesuatu, kecuali gambar
Jangan meninggalkan sesuatu, kecuali jejak
Jangan membunuh sesuatu, kecuali waktu
Jenis Ornamen Gua Angin dan Gua Kerek
- Stalaktit, berbentuk menyerupai ujung tombak
- Stalakmit, terletak selalu di bawah stalaktit
- Drapery, berbentuk seperti sirip ikan hiu
- Gourdam (baby gourdam, mikro gourdam), berbentuk kubah dengan tekstur permukaan menyerupai petakan sawah
- Canopy, berbentuk seperti payung
- Flow stone, berbentuk seperti air terjun beku
- Column, berbentuk seperti pilar yang awalnya adalah stalaktit dan stalakmit yang sudah menyatu
Spesifikasi Gua Kerek (Vertikal-Horizontal)
Kedalaman lubang vertikal: �-30 meter (pintu masuk)
Panjang lorong horizontal: �-1,5 km (waktu tempuh 5-7 jam menuju lubang keluar horizontal).
No comments:
Post a Comment