Thursday, May 10, 2007

Belanda di Atas Tumpukan Jerami


ANGIN dingin laut utara berembus kencang memutar sebagian dari 19 kincir angin di Kinderdijk, kawasan Alblasserwaard yang bersebelahan dengan Rotterdam. Angin juga menggoyang sebentuk kambing yang berdiri di atas tumpukan jerami di tengah kanal. Sang kambing lari ke atas tumpukan makanannya untuk menghindari air yang terus naik.
Karya patung bernama "Velligeit" adalah kreasi seniman Belanda, Luc Souren. Luc mengibaratkan kambing itu adalah masyarakatnya, dan tumpukan jerami adalah negerinya. Sementara ini ia cukup velligeit atau aman dari serangan air, dan ancaman tenggelam. Ia memiliki bekal yang cukup banyak untuk terhindar dari kelaparan.
Luc merupakan salah satu seniman dalam festival internasional "Seni Di Bawah Permukaan Laut" yang digelar di Kinderdijk. Karyanya masih berdiri ketika April lalu, saya mengunjungi Kinderdijk. Kinderdijk sendiri masuk dalam perlindungan badan dunia UNESCO sebagai "World Heritage" sebagai simbol perjuangan manusia melawan air.
Di Kinderdijk, kita bisa merasakan "ketegangan" perbedaan ketinggian air di sungai dan polder (daratan di bawah permukaan laut yang dipagari bendungan). Air membisikkan ancaman tak berkesudahan, dan manusia menjawabnya dengan kincir angin, dykes (bendungan), kanal, dan dam. Hal inilah yang menjadi inspirasi bagi penyelenggara dan para seniman dalam festival itu.
Belanda yang kecil dan rata, berada dalam cengkeraman jari-jari laut. Ketinggian air menjadi masalah tak berkesudahan. Awal pertarungan manusia dan air ini cukup jelas. Air yang naik dalam tanah, sungai, dan ceruk berhubungan langsung dengan air laut. Untuk menghindari naiknya air, petani kaya membuat dykes di sekeliling tanahnya. Tentu saja, para tetangga kebagian limpahan air yang terbendung. Balas dendam terjadi, petani lain menghancurkan benteng tanah yang merusak pertaniannya. Air mengalir deras, dan petani kaya kebagian juga kerusakan itu.
Komunitas pertanian berubah menjadi ajang perkelahian dan pertarungan sesama.Setelah puas berkelahi, para petani sepakat untuk membentuk institusi yang dibayar bersama. Institusi ini diberi mandat untuk membangun dykes bagi seluruh komunitas. Dykes melingkar yang menjaga air tidak masuk ke lahan pertanian mereka. Sebuah solusi yang baik, tapi belum cukup. Setidaknya Belanda mengalami 30 kali banjir akibat pasang laut utara.
Kenaikan air menjadi subjek penelitian dan penemuan. Hasilnya, kincir angin diperkenalkan untuk memompa air dan membentuk polder. Pada tahun1750 sebanyak 165 kincir ditempatkan di seluruh area Alblasserwaard. Kini tinggal 19 yang tersisa di Kinderdijk. Sebagian besar wilayah Belanda didapat dari reklamasi genangan air, dan berada di bawah permukaan air. Oleh karena itu, drainase tidak bisa terjadi secara alamiah.
Di Alblasserwaard, drainase menggunakan sistem tiga level. Level pertama dan terendah adalah level polder. Alblasserwaard dibagi dalam beberapa bagian. Setiap polder memiliki kincir angin tersendiri untuk memindahkan air kesatu tingkat yang lebih tinggi (boezem). Level boezem ini merupakan level kedua. Air di boezem dikumpulkan di Kinderdijk, untuk dipompa ke tingkat lebih tinggi lagi oleh 16 kincir angin ke reservoir.
Reservoir inilah yang merupakan level ketiga dan tertinggi. Air tinggal di reservoir hingga ketinggiannya mencapai ketinggian rata-rata air di kanal. Setelah mencapai ketinggian tertentu, air dialirkan ke kanal lewat Rotterdam dan menuju ke laut.Secara terus-menerus angin memutar kincir. Air terpompa membentuk polder tempat manusia hidup. Lanskap yang terbentuk dari polder, dykes, kanal dan kincir adalah hasil perputaran energi. Manusia menjadi dirigennya. Hubungan besar inilah yang diekspresikan kincir angin di area Kinderdijk.
World Heritage Committee menilai Kinderdijk adalah sebuah kesaksian luar biasa dari orisinalitas dan kerja keras berabad-abad manusia melindungi daerahnya dari ancaman alam. Dan kini, kincir angin difungsikan sebagai kesaksian itu.Polder dan dataran yang ada membentuk dataran yang rata.
Pandangan lepas bisa menangkap garis-garis pohon di cakrawala. Kita bisa melihat menara gereja di sebuah desa yang berjarak belasan kilometer. Dan, tentu saja, kincir angin, baik itu tradisional atau kincir modern pembangkit listrik.
**
DI Zeeland, yang sebagian besar areanya juga merupakan polder, perjuangan melawan ketinggian air tak kalah hebatnya. Air laut yang sempat merendam rumah-rumah dan lahan pertanian masih terekam di beberapa rumah. Sebagian memasang tanda dari batu khusus yang menempel di dinding, menunjukkan ketinggian air dari tahun ke tahun. Sebagian rumah lain, masih mengeluarkan garam dari bata-batanya hingga kini.
Di Westkappelle, dykes (bendungan) lebih tinggi dari atap-atap rumah. Berdiri di puncak dykes itu, kita bisa membandingkan langsung laut yang sedikit lebih tinggi dibanding deretan rumah di balik dykes.
"Sekarang ini kita berada di bawah permukaan laut," kata Jan Vrijen sambil mengemudi mobilnya berkeliling area Walcheren dan Domburg. "Tapi jangan khawatir, dykes yang ada cukup kokoh, sudah terbukti bertahun-tahun kok," ujarnya.

Zeeland melambangkan dirinya dalam moto "Voltus et Emergus" (berjuang dan muncul). Moto ini mendampingi lambang provinsi berupa gambar seekor singa berdiri dengan sebagian kaki belakangnya masih berada dalam garis-garis yang melambangkan air. Belanda meneriakkan kemenangannya atas perjuangan melawan air ketika mereka berhasil memotong jari-jari laut dengan dam dan bendung penghalang badai. Pekerjaan besar dan prestisius yang dikenal dengan Delta Project untuk mengontrol kenaikan air dengan sistem buka tutup. Sebanyak 13 solid dam, dan dam terbuka yang bisa dibuka tutup untuk mengontrol kenaikan air dibangun sejak tahun 1958 hingga 1997. Tugas Delta Project ini tak sekadar memotong jari-jari laut, tetapi juga menjaga ekosistem di dalamnya.
Yang paling prestisius dan membanggakan adalah Oosterscheldering, sebuah projek menutup ancaman pasang laut utara di Esterschelde dan keinginan menjaga ekosistem. Dam tertutup yang membentang dari Schouwen hingga Noord Beveland akan membuat air membusuk dan makhluk hidup di dalamnya sekarat. Perubahan dari dam mati menjadi storm surge barrier ini menjadi lebih pelik. Air segar dari laut harus tetap bisa masuk dan mengganti air di dalam "danau". Kota-kota, pertanian terlindung. Burung camar, ikan, biota alami lainnya juga selamat. Industri perikanan, pertanian di dalamnya terjaga. Dykes, kincir, dam, dataran yang hijau rata terselang saluran air, kanal, jari-jari laut dan gurat warna-warni tulip membentuk lanskap khas Belanda yang terpahat dari perjuangan manusia melawan air.
**
BELANDA menikmati masa-masa velligeit-nya dan merasa aman. Kini perasaan aman inilah yang digugat oleh Luc. Karena sang kambing memiliki dilema yang sulit. Jika ia memakan jerami hingga habis ia akan mati tenggelam, sedangkan jika ia tidak makan, ia akan mati kelaparan. Jika sang kambing arogan dan bodoh, kata Luc, kehancuran segera tiba. "Saat ini kami memang kaya," kata Cees Dornheim, salah seorang penyelenggara "Art Below Sea Level".
Belanda saat ini memiliki tingkat ekonomi yang makmur dan terbuka. Kesejahteraan masyarakat terjamin. Pendapatan (GDP) perkapita mencapai 25.500 dolar AS. Seluruh warga Belanda mendapat jaminan sosial. Warga pensiunan dibayar negara, pengangguran mendapat "gaji", bahkan penjara di Breda yang sempat saya kunjungi memiliki "kemewahan" yang mengagumkan, bahkan bagi warga Belanda sendiri. Namun, kekhawatiran muncul bersama dengan penurunan ekonomi selama 2001 hingga 2004 lalu.
Walaupun hal ini sebenarnya bagian dari penurunan ekonomi global. Belanda masih menempati peringkat atas dalam menarik investor. Efisiensi dan mekanisasi menjadi andalan. Industri pertanian hanya mempekerjakan 4 persen dari seluruh tenaga kerja, namun berhasil menyediakan surplus besar bagi kebutuhan industri hulu dan ekspor. "Jangan terlalu silau, kondisi yang ada di sini belum tentu cocok bagi Indonesia. Kami sendiri memiliki masalah yang cukup besar," kata Jan Gaillard, penasihat Kamar Dagang Belanda.
Jan mencontohkan perubahan besar yang terjadi di Tilburg dan Waalwijk. Industri sepatu dan tekstil yang berabad-abad menjadi ciri khas kedua kota itu mati beberapa tahun lalu, dan kini hanya bisa dinikmati di museum. Jan menyebut ekonomi biaya tinggi yang terjadi di negerinya akan mengurangi secara drastis kemampuan bersaing.
Harga bensin (sekira 1,3-1,4 euro per liter). Tuntutan tingkat kesejahteraan yang sangat tinggi dan masuknya negara-negara baru menjadi anggota Uni Eropa membuatnya miris . Kini, Belanda mulai mencari berbagai alternatif dan jawaban untuk mempertahankan kemakmurannya. Sebuah biro advertising di Loon op Zand, Waalwijk memasang moto "It's not only shoes anymore" yang melambangkan semangat pencarian alternatif.
Efisiensi dan mekanisasi menjadi andalan industri. Sekolah dan kampus mencanangkan diri sebagai sekolah internasional.Sang kambing tidak boleh mengambil dua pilihan jawaban dari dilema tersebut. Jan Guillard menggeleng kepala ketika ditanya solusi teknis yang dipikirkannya. "Saya belum tahu," kata pengusaha ekspor-impor tekstil yang rutin mengunjungi Asia.
Cees memberi jawaban yang agak filosofis. "Solusi lain yang tak nampak harus dicari. Mungkin sang kambing harus mulai belajar berenang," kata Cees.Agar tak tenggelam dalam dilema, "sang kambing" harus berpikir untuk menemukan yang tak nampak dan membuatnya tampak. Memilih solusi yang tampak, menghabiskan stok kekayaan alam begitu saja akan membuat siapa pun tenggelam. Di sini, kita sudah punya pengalaman untuk soal itu.
***
Dimuat di Pikiran Rakyat
21 Mei 2005

Illiterasi

The illiterate of 21st century will not be thosewho cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn.
Alvin Toffler